Sabtu, 30 Juni 2012

Eropa, yang merupakan ‘kiblat’ sepakbola dunia ternyata memiliki keragaman yang luar biasa, salah satunya dalam bidang agama. Contohnya, meski di Eropa, ternyata cukup banyak juga pemain-pemain yang beragama islam di sana. Pesepakbola beragam muslim di kompetisi Eropa sendiri bisa dibilang sebuah fenomena karena jumlah mereka yang minoritas. Tak heran jika masalah ini cukup menarik untuk dibahas.
Bertepatan Bulan Ramadhan 2012 (1433 H) ini kompetisi sepak bola eropa segera bergulir bagaimanakah dengan pemain sepakbola yang beragam islam,, apa mereka tetap menjalankan puasa…?.,,Menurut beberapa sumber banyak dari mereka lebih memilih kompetisi dan mengganti puasa dibulan lain namun ada juga yang tetap menjalankan puasa,,Inilah profil beberapa pemain top Eropa yang merupakan seorang muslim dan penjelasan bagaimana mereka menyikapi puasa di bulan Ramadhan ini.

Rami Shaaban
Rami Shaaban mungkin terdengar asing bagi telinga pecinta sepak bola di tanah air, Lahir di Fisksatra Stockholm, 30 Juni 1975, Shaaban berdarah Mesir dari ayahanya dan ibu yang berasal dari Finlandia. Shaaban juga pernah membela Arsenal, dan menjadi kiper tim nasional Swedia,,ia senantiasa melafalkan beberapa ayat sebelum bertanding ia juga salah satu pemeluk Islam yang taat. Dia juga tidak pernah meminum alkohol yang diharamkan, termasuk dugem di klub-klub malam. Shaaban saat ini bermain untuk Hammarby IF.

Samir Nasri
Terbiasa untuk membaca surat Al-Fatihah sebelum pertandingan. Hal ini dilakukannya baik di tingkat klub bersama Arsenal atau ketika berada di timnas Prancis. Namun, untuk puasa Ramadhan, Nasri tidak berani melakukannya. Mengingat jadwal Premier League yang padat plus puasa yang jatuh pada musim panas, Nasri memilih untuk tidak melaksanakan rukun Islam yang wajib bagi umat Islam yang mampu melakukannya ini.

Frederic Kanoute
Menolak menggunakan seragam Sevilla karena disponsori oleh rumah judi, bahkan ketika seragam itu digunakan, Kanoute menutupinya dengan plester hitam. Ketaatan Kanoute dalam mengamalkan ajaran Islam juga mendapat dukungan penuh dari Sevilla. Ia diberi jersey (seragam) khusus tanpa sponsor. Hal itu karena sponsor utama Los Palanganas, 888.com, adalah situs judi yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ia juga menyumbangkan seluruh hasil penjualan kaosnya untuk beramal.
Tetap menjalankan ibadah puasa saat Ramadhan meskipun harus bertanding selama 90 menit, dan suhu yang bisa mencapai 40 derajat celcius. Tahun lalu di bulan Ramadhan di Eropa siang hari lebih panjang waktunya daripada malam hari, matahari bersinar selama 13 jam dari pukul 6.30 pagi hingga 20.00. Dan pertandingan biasanya digelar 2 jam sebelum waktu berbuka puasa.
Tahun 2007, Kanoute membayar 700.000 dolar US untuk membeli masjid di Sevilla. Awalnya, komunitas Islam di Spanyol menyewa tempat itu untuk menjalankan sholat, merasa prihatin. Kanoute pun membelinya untuk disumbang kepada umat Islam di Spanyol. Kanoute oleh komunitas Islam di Sevilla diminta membantu dan akhirnya bangunan itu dibeli Kanoute dan sampai sekarang menjadi tempat sholat komunitas Islam di Sevilla.
Yang paling controversial dari Kanoute adalah ketika Israel membombardir Palestina, akhir tahun 2008 hingga awal Januari 2009. Fredrick Kanoute, striker Sevilla yang beragama Islam dan berasal dari Mali, usai menjaringkan bola ke gawang lawan, membuka bajunya untuk memperlihatkan kaos dalamnya yang bertuliskan “Palestine”. Kata Palestina itu ditulis juga dalam beberapa bahasa yang lain. Ini tentu saja dimaksudkan sebagai dukungan Kanoute pada Palestina yang tengah digempur oleh pasukan Israel di Gaza.
Mesut Ozil
Warga negara Jerman yang beragama Islam. Walaupun dibulan Ramadhan ia tak meninggalkan kebiasaanya berdoa dan membaca Al Qur’an. Sesibuk apapun ia selalu berusaha untuk membaca Al Qur’an.
Bahkan ketika akan menghadapi pertandingan Piala Dunia di Afrika Selatan beberapa waktu yang lalu ia selalu membaca ayat-ayat suci agama yang diyakininya itu. Jika sedang membaca Al Qur’an, dirinya yang juga keturunan Turki ini menjelaskan bahwa teman-temannya juga sudah maklum untuk memberikan kesempatan buatnya menyelesaikan bacaan dan tidak buru-buru mengajaknya berbincang-bincang.
Sebagai seorang Muslim, Mesut Ozil merasakan bulan Ramadhan saat ini memberikan banyak keberkahan tersendiri, karena dibulan Ramadhan tahun inilah pamornya makin berkibar dipentas sepakbola Eropa. Pemain yang gemar membaca Al Qur’an ini dibayar mahal oleh klub raksasa Spanyol, REAL MADRID.

Eric “Bilal” Abidal
Sejak masuk Islam, Abidal berusaha menjadi Muslim yang taat. Kariernya di lapangan hijau kian moncer. Penggemar La Liga Spanyol pasti mengenal sosok Eric Abidal. Ia dikenal sebagai bek andal yang memperkuat FC Barcelona dan Timnas Prancis. Ia suka membaca Al Quran sebelum bertanding.
Di setiap sesi latihan klub sepakbola Barcelona, Eric sering terlihat membawa tas kecil, mungkin banyak yang mengira isi tasnya si eric sama seperti teman teman di klubnya barcelona jika latihan bola: sepatu dan perlengkapannya yang menunjang untuk latihan.
Sebenarnya yang eric bawa dan membedakan isi tas kecilnya dengan pemain bola lain adalah alqur’an, Kitab suci Ummat islam di seluruh dunia yang “kini” menjadi agama minoritas di eropa.

Karim Benzema
Striker Real Madrid, Karim Benzema juga menjalankan puasa. Lahir di Lyon, Prancis 19 Desember 1987, Benzema merupakan striker andalan tim nasional Prancis. Sama seperti legenda Prancis, Zinedine Zidane, Benzema juga berdarah Aljazair.
Beruntung bagi Benzema, puasa tahun ini dia tidak sendirian di Santiago Bernabeu. Setidaknya ada Mahmadou Diarra dan Lassana Diarra yang juga beragama Islam.
Ketiganya tetap menjalankan puasa meski harus membela Madrid, tak heran jika tim dokter Madrid terus memantau perkembangan fisik ketiga pemainnya selama bulan Ramadan. Baik Benzema, Mahmadou dan Lassana diberikan nutrisi tambahan agar tidak terkena dehidrasi selama menjalani ibadah puasa tahun ini.
Beruntung bagi Madrid, Ramadan tidak terlalu berpengaruh besar saat mereka tampil.

Sami Khedira
Seperti halnya Ozil, Khedira merupakan pemain timnas Jerman keturunan yang juga memeluk agama islam. Ayahnya berasal dari Tunisia. Tetapi seperti halnya Ozil, Khedira juga tidak melakukan puasa Ramadhan secara penuh. Tentu saja karena tuntutan pekerjaannya. Sebenarnya, ketika masih bermain di VfB Stuttgart, Khedira selalu berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi kini ia memilih mengikuti jejak rekan setimnya di Real Madrid tersebut.
“Seorang muslim seharusnya berpuasa selama 30 hari sejak matahari terbit hingga tenggelam. Tetapi saya seorang atlet yang kompetitif, saya membutuhkan tenaga saya, yang tak mungkin saya miliki tanpa makanan,” ujar Khedira dalam sebuah wawancara.
Apa yang dilakukan oleh Khedira dan Ozil ini cukup bisa dipahami mengingat ternyata dewan muslim nya Jerman (seperti MUI di Indonesia) ternyata mengizinkan atlet-atlet profesional untuk tidak berpuasa di bulan Ramadan.

Christian Negouai
Ia terpilih sebagai pemain yang wajib di tes doping dan harus diambil sample urine-nya. Karena Negouai sedang berpuasa maka urine itu tidak mau keluar, Kevin Keegan (Manajer Manchester City kala itu) menyodorkannya air putih untuk diminum agar urine-nya bisa segera keluar,namun Negouai tetap menolaknya karena ia sedang berpuasa. Negouai memilih membayar denda 2.000 pound dari kantongnya daripada harus membatalkan puasa.

Kolo Toure
Mengaku pernah mencoba tetap berpuasa, tapi kondisi latihan berat memaksa ia membatalkan puasanya. “Tapi saya pasti akan menggantinya di hari atau bulan lain. Itu adalah konsekuensi sebagai seorang muslim,” ujar Toure.

Franck Ribery
Mualaf setelah menikahi seorang gadis Perancis keturunan Maroko. Memiliki nama Islam yaitu Frank Bilal Ribery. Menurutnya Islam membawanya pada keselamatan. Islam yang menjadi sumber kekuatannya di dalam maupun di luar lapangan. Di saat ia mengalami masa-masa sulit dalam karirnya, Islam datang memberikan kedamaian. Ribery mengaku sebagai seorang muslim yang tidak pernah meninggalkan sholat wajib 5 waktu.

Nicolas Anelka
Mualaf yang memeluk Islam saat bermain di klub Turki Fenerbache. Memiliki nama Islam yaitu Abdul-Salam Bilal. Dalam wawancara yang dimuat di Match, majalah terbitan Perancis Anelka berkata, “Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam maupun di luar lapangan. Saya menjalani karier yang berat. Saya kemudian berketetapan hati untuk menemukan kedamaian. Dan akhirnya saya menemukan Islam.” Anelka tetap menjalankan puasa 1 bulan penuh meskipun di tengah kompetisi.

Momo Sissoko, Sulley Muntari dan Mohamadou Diarra
Mereka adalah pesepakbola muslim yang tetap memilih menjalankan puasa di bulan Ramadhan meskipun ada pertandingan,menurut dia,berpuasa justru memberi kekuatan untuk mengatasi kesulitan.

Mehdi Mahdavikia
Tidak mengalami hambatan berarti saat Ramadhan. Pemain yang kini berusia 32 tahun ini menata dietnya sedemikian rupa sehingga sanggup menjalani laga-laga keras di Liga Jerman (Bundesliga). “Saya selalu makan dan minum banyak saat sahur. Tanpa minum saat latihan pagi dan sore tak berpengaruh buat saya,” kata Mahdavikia. Menjalani ibadah puasa dan bermain di salah satu liga keras di Eropa, diakui Mahdavikia sangat berat. Tapi, latihan dua kali sehari tak mengganggu langkah gelandang dan sayap kanan Iran di Piala Dunia 1998 dan 2006 ini.

Sumber: 
  • Google
  • https://akimlinovsisa.wordpress.com/2011/08/23/cerita-tentang-pemain-sepak-bola-muslim-di-eropa/

Jumat, 29 Juni 2012




RISC (Reduced Instruction Set Computing)

Sejarah
Reduced Instruction Set Computing (RISC) atau “Komputasi set instruksi yang disederhanakan” pertama kali digagas oleh John Cocke, peneliti dari IBM di Yorktown, New York pada tahun 1974 saat ia membuktikan bahwa sekitar 20% instruksi pada sebuah prosesor ternyata menangani sekitar 80% dari keseluruhan kerjanya. Komputer pertama yang menggunakan konsep RISC ini adalah IBM PC/XT pada era 1980-an. Istilah RISC sendiri pertama kali dipopulerkan oleh David Patterson, pengajar pada University of California di Berkely.

Definisi
RISC, yang jika diterjemahkan berarti “Komputasi Kumpulan Instruksi yang Disederhanakan”, merupakan sebuah arsitektur komputer atau arsitektur komputasi modern dengan instruksi-instruksi dan jenis eksekusi yang paling sederhana. Arsitektur ini digunakan pada komputer dengan kinerja tinggi, seperti komputer vektor. Selain digunakan dalam komputer vektor, desain ini juga diimplementasikan pada prosesor komputer lain, seperti pada beberapa mikroprosesor Intel 960Itanium (IA64) dari Intel CorporationAlpha AXP dari DECR4x00 dari MIPS CorporationPowerPC dan Arsitektur POWER dari International Business Machine. Selain itu, RISC juga umum dipakai pada Advanced RISC Machine (ARM) dan StrongARM (termasuk di antaranya adalah Intel XScale), SPARC dan UltraSPARC dari Sun Microsystems, serta PA-RISC dari Hewlett-Packard.
Selain RISC, desain Central Processing Unit yang lain adalah CISC (Complex Instruction Set Computing), yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti Komputasi Kumpulan Instruksi yang kompleks atau rumit.

Fitur Utama
è General purpose register dalam jumlah yang amat besar
è Menggunakan teknologi compiler untuk mengoptimalisasikan penggunaan register.
è Instruction set yang sedikit dan sederhana
è Pendekatan optimum dalam intruksi
è Memimpin untuk:
·         Set eksekusi yang besar
·         Lebih banyak mode pengalamatan

Karakteristik RISC
• Satu instruksi per siklus
• Operasi register to register
• Mode pengalamatan yang sederhana
• Format instruksi yang sederhana
• Desain Hardwired (tanpa microcode)
• Format instruksi yang Fix.
• Prose compile yang cepat

CISC (Complex Instruction-Set Computer )
Definisi
Complex instruction-set computing atau Complex Instruction-Set Computer (CISC; “Kumpulan instruksi komputasi kompleks”) adalah sebuah arsitektur dari set instruksi dimana setiap instruksi akan menjalankan beberapa operasi tingkat rendah, seperti pengambilan dari memory, operasi aritmetika, dan penyimpanan ke dalam memory, semuanya sekaligus hanya di dalam sebuah instruksi. Karakteristik CISC dapat dikatakan bertolak-belakang dengan RISC.
Sebelum proses RISC didesain untuk pertama kalinya, banyak arsitek komputer mencoba menjembatani celah semantik”, yaitu bagaimana cara untuk membuat set-set instruksi untuk mempermudah pemrograman level tinggi dengan menyediakan instruksi “level tinggi” seperti pemanggilan procedure, proses pengulangan dan mode-mode pengalamatan kompleks sehingga struktur data dan akses array dapat dikombinasikan dengan sebuah instruksi. Karakteristik CISC yg “sarat informasi” ini memberikan keuntungan di mana ukuran program-program yang dihasilkan akan menjadi relatif lebih kecil, dan penggunaan memory akan semakin berkurang. Karena CISC inilah biaya pembuatan komputer pada saat itu (tahun 1960) menjadi jauh lebih hemat.
Memang setelah itu banyak desain yang memberikan hasil yang lebih baik dengan biaya yang lebih rendah, dan juga mengakibatkan pemrograman level tinggi menjadi lebih sederhana, tetapi pada kenyataannya tidaklah selalu demikian. Contohnya, arsitektur kompleks yang didesain dengan kurang baik (yang menggunakan kode-kode mikro untuk mengakses fungsi-fungsi hardware), akan berada pada situasi di mana akan lebih mudah untuk meningkatkan performansi dengan tidak menggunakan instruksi yang kompleks (seperti instruksi pemanggilan procedure), tetapi dengan menggunakan urutan instruksi yang sederhana.
Satu alasan mengenai hal ini adalah karena set-set instruksi level-tinggi, yang sering disandikan (untuk kode-kode yang kompleks), akan menjadi cukup sulit untuk diterjemahkan kembali dan dijalankan secara efektif dengan jumlah transistor yang terbatas. Oleh karena itu arsitektur -arsitektur ini memerlukan penanganan yang lebih terfokus pada desain prosesor. Pada saat itu di mana jumlah transistor cukup terbatas, mengakibatkan semakin sempitnya peluang ditemukannya cara-cara alternatif untuk optimisasi perkembangan prosesor. Oleh karena itulah, pemikiran untuk menggunakan desain RISC muncul pada pertengahan tahun 1970 (Pusat Penelitian Watson IBM 801 – IBMs)
Contoh-contoh prosesor CISC adalah System/360, VAX, PDP-11, varian Motorola 68000 , dan CPU AMD dan Intel x86.
Istilah RISC dan CISC saat ini kurang dikenal, setelah melihat perkembangan lebih lanjut dari desain dan implementasi baik CISC dan CISC. Implementasi CISC paralel untuk pertama kalinya, seperti 486 dari Intel, AMD, Cyrix, dan IBM telah mendukung setiap instruksi yang digunakan oleh prosesor-prosesor sebelumnya, meskipun efisiensi tertingginya hanya saat digunakan pada subset x86 yang sederhana (mirip dengan set instruksi RISC, tetapi tanpa batasan penyimpanan/pengambilan data dari RISC). Prosesor-prosesor modern x86 juga telah menyandikan dan membagi lebih banyak lagi instruksi-instruksi kompleks menjadi beberapa “operasi-mikro” internal yang lebih kecil sehingga dapat instruksi-instruksi tersebut dapat dilakukan secara paralel, sehingga mencapai performansi tinggi pada subset instruksi yang lebih besar.


sumber :

Know us

Contact us

Nama

Email *

Pesan *