Saat ini, negeri kita Indonesia
dianggap sebagai bangsa yang belum makmur,taraf kesejahteraan warganya rendah.
Tingkat sumber daya manusia yang masih rendah, kita dilabeli sebagai bangsa
yang masih tradisional dengan perkembangan teknologi yang belum maju. Sebagai
sebuah bangsa yang dianugerahi dengan kekayaan alam yang melimpah, akal dan
pikiran yang sama dengan bangsa lain seharusnya kita mampu menjadi bangsa yang
besar, negeri makmur “ gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo.”
Berikut saya coba uraikan hal- hal yang masih dianggap mitos ataupun misteri,
yang apabila diantaranya ternyata benar ataupun terjadi ( mudah-mudahan benar
semua ) tujuan bersama menuju Indonesia adil makmur akan tercapai.
1. Indonesia Adalah Atlantis Yang Hilang
1. Indonesia Adalah Atlantis Yang Hilang
Peradaban Atlantis merupakan Mitos yang kali pertama dicetuskan Filsuf Yunani Kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam bukunya Critias dan Timaeus. Dalam kedua buku tersebut menceritakan tentang sebuah daratan raksasa dengan peradaban yang menakjubkan pada masa lampau. Atlantis bukanlah khayalan Plato, hal itu diceritakan turun-temurun dan diamini oleh banyak tokoh di masanya.
Atlantis menghasilkan emas dan perak yang banyak, hingga istananya yang megah dikelilingi tembok dari emas dan perak. Daerahnya kaya sumber daya alam dan perkembangan peradabannya pesat, memiliki pelabuhan dan armada kapal lengkap, juga benda yang mampu membuat orang terbang. Kekuasaannya mencakup wilayah yang luas hingga Eropa dan Afrika. Setelah hanyut dilanda gempa dahsyat, wilayah itu menghilang dan terlupakan. Jika uraikan Plato nyata, maka ribuan tahun silam manusia telah menciptakan peradaban yang tinggi yang mungkin melebihi peradaban masa kini.
Hilangnya Peradaban Atlantis ribuan
tahun, membuat banyak orang meneliti dan mencari keberadaan nya. Hingga banyak
sekali versi dan cerita terungkapnnya Kota Atlantis, tetapi hingga kini hal itu
belum ada yang terbukti nyata.
Menurut penelitian mutakhir Arsyso
Santos selama 30 tahun, dalam bukunya Atlantis, The Lost Continent Finally
Foun, The Definitive Localization Of Plato’s Lost Civilization (2005)
menegaskan bahwa Atlantis berada di wilayah yang sekarang disebut Indonesia.
Santos menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah,cuaca,kekayaan alam,gunung
berapi dan cara bertani di Indonesia. Menurutnya sistem terasisasi (berundak)
sawah di Indonesia diadopsi dari Candi Borobudur, Piramida Mesir dan Kuil Aztec
di Meksiko.
Wilayah Indonesia pada ribuan tahun
silam merupakan suatu benua yang menyatu,tidak terpecah-pecah ribuan pulau
seperti sekarang. Hal ini serupa dengan Atlantis yang merupakan sebuah benua
dengan puluhan gunung berapi aktif dan dikeliling oleh 2 samudra yang menyatu
(Orientale), yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Wilayahnya terbentang
dari selatan India, Sri Langka, Sumatra, jawa, Kalimantan hingga ke arah timur
dengan wilayah yang disebut Indonesia sekarang ini sebagai pusatnya.
Terjadi letusan secara hampir
bersamaan berbagai gunung berapi masa itu di wilayah Atlantis seperti, letusan
Gunung Meru di India Selatan, Gunung Sumeru di Jawa Timur, Gunung di Sumatera
hingga terbentuk Danau Toba dan Letusan Gunung Krakatau yang membelah Sumatera
dengan Jawa. Karena berbagai letusan tersebut, menyebabkan lapisan es di kutub
mencair dan mengalir ke samudra hingga luasnya bertambah. Terjadi efek beruntun
dengan terjadinya gempa dan tsunami yang berakibat terpendamnya sebagian besar
wilayah Atlantis.
Indonesia dianggap sebagai Atlantis
yang hilang, hal yang seharusnya membuat kita bersyukur. Pada masa Atlantis
merupakan pusat peradaban dunia, negeri makmur dengan sumber daya melimpah. Pun
membuat kita belajar sebagai daerah rawan bencana, dari sejarah dan dengan
teknologi mutakhir berusaha membangun Indonesia baru.
2. Indonesia Kuburan Harta Karun
Banyak harta karun yang bertebaran
di wilayah Indonesia, baik di daratan terlebih lagi di lautan. Sebelum Bangsa
Eropa menguasai wilayah Nusantara abad ke 15, Indonesia merupakan daerah
perdagangan yang ramai. Menghubungkan perdagangan India, Timur Tengah, Cina dan
orang-orang Eropa.
Dalam masa itu tak terhitung kapal
yang hilang dan karam di perairan Nusantara. Dalam beberapa catatan ratusan
kapal Cina pengangkut harta dan keramik berharga hilang, 800 kapal Portugis
hilang sejak 1650 dalam perjalanan ke Atlantik Selatan dan Asia Tenggara, lebih
dari 7.000 hilang dalam catatan English East India Company (EIC) dan 105 kapal
VOC Belanda hilang dalam pelayaran antara 1602-1794, kesemua kapal tersebut
bermuatan barang-barang berharga.
Berbagai peninggalan tersebut sudah banyak ditemukan. Setelah terjadinya Tsunami Aceh, beberapa titik di perairan Mentawai Sumatera ditemukan harta karun dari kapal Cina dan kapal dagang VOC yang karam.
Berbagai peninggalan tersebut sudah banyak ditemukan. Setelah terjadinya Tsunami Aceh, beberapa titik di perairan Mentawai Sumatera ditemukan harta karun dari kapal Cina dan kapal dagang VOC yang karam.
Harta karun senilai Rp. 720 Miliar
berupa 250.000 benda keramik, Kristal, permata dan emas ditemukan di perairan
Cirebon, Jawa Barat tahun 2005 oleh eksplorasi pihak asing . Namun barang
tersebut akhirnya dilego pada kolektor di Singapura.
Di Pulau Onrust daerah Teluk Jakarta
diindikasikan terdapat penyimpanan harta karun VOC Belanda. Hal ini berdasar
keganjilan sejarah tentang VOC yang bangkrut secara mendadak , karena merupakan
institusi dagang Belanda yang besar dan telah lama mengeruk kekayaan alam
Indonesia. Konon jumlah harta di Pulau Onrust bisa untuk melunasi Utang
Indonesia.
Harta Karun yang tak kalah banyak adalah peninggalan Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Dari kerajaan di Jawa seperti Singosari, Majapahit, Mataram, Pajajaran hingga Kerajaan di Sumatera , Kalimantan dan Daerah timur Indonesia menyimpan banyak sekali peninggalan harta karun. Menurut mitos harta karun tersebut tersimpan di alam gaib, tak bisa ditemukan dengan mudah. Harta-harta tersebut akan dapat ditemukan oleh “orang yang terpilih.” Telah banyak peninggalan dari kerajaan berupa perhiasan dan perlengkapan istana yang diketemukan tak sengaja, melalui penelitian ataupun orang yang memperoleh wangsit (petunjuk gaib).
Harta Karun yang tak kalah banyak adalah peninggalan Kerajaan-Kerajaan Nusantara. Dari kerajaan di Jawa seperti Singosari, Majapahit, Mataram, Pajajaran hingga Kerajaan di Sumatera , Kalimantan dan Daerah timur Indonesia menyimpan banyak sekali peninggalan harta karun. Menurut mitos harta karun tersebut tersimpan di alam gaib, tak bisa ditemukan dengan mudah. Harta-harta tersebut akan dapat ditemukan oleh “orang yang terpilih.” Telah banyak peninggalan dari kerajaan berupa perhiasan dan perlengkapan istana yang diketemukan tak sengaja, melalui penelitian ataupun orang yang memperoleh wangsit (petunjuk gaib).
Banyaknya harta yang terpendam di
perairan dan daratan Nusantara selama ini belum dikelola baik oleh Pemerintah
Indonesia, sayangnya lagi hal itu justru banyak menjadi incaran arkeolog dan
pemburu harta karun untuk tujuan komersil pribadi.
3. Peninggalan Dana Revolusi Era
Soekarno
Pada tahun 1906 terjadilah ikrar
raja-raja nusantara yang di prakasai oleh Dr. Ernest François Eugène Douwes
Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi,
Soetomo, Raden Adipati Tirtokoesoemo (presiden pertama Budi Utomo), Pangeran
Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman. Raden Mas Soewardi Soerjaningrat dan
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto dalam ikrar tersebut ditumbuhkannya rasa
nasionalisme “tanah air (Indonesia) diatas segala-galanya”. Pada saat itu
seluruh raja-raja nusantara menyumbangkan sebagian asset mereka untuk membantu
perjuangan. (Dana Perjuangan). Sebagian dana itu dipakai untuk biaya perjuangan
dan sebagian lagi disimpan di luar negeri.
Dana perjuangan lebih dikenal dengan
Dana Revolusi / Dana Amanah mulai dihimpun lagi pada masa setelah kemerdekaan,
dana revolusi yang dihimpun berdasar perpu no.19 tahun 1960. Isinya antara
lain, mewajibkan semua perusahaan negara menyetorkan lima persen dari
keuntungannya pada pemerintah bagi Dana Revolusi. Yang disebut perusahaan
negara itu, termasuk pula berbagai perusahaan Belanda yang baru
dinasionalisasikan, seperti perkebunan-perkebunan besar. Konon berjumlah
ratusan juta dolar tersimpan di luar negeri.
Salah satu sumber Dana Revolusi terbesar adalah adanya "Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva" dibuat dan ditandatangani pada 21 November 1963 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy dan Presiden RI Ir Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS.
Dalam point penting lain pada dokumen perjanjian itu, tercantum klausul yang memuat perincian; atas penggunaan kolateral tersebut pemerintah AS harus membayar fee 2,5 persen setiap tahunnya sebagai biaya sewa kepada Indonesia, mulai berlaku jatuh tempo sejak 21 November 1965 (dua tahun setelah perjanjian). Account khusus akan dibuat untuk menampung asset pencairan fee tersebut. Maksudnya, walau point dalam perjanjian tersebut tanpa mencantumkan klausul pengembalian harta, namun ada butir pengakuan status koloteral tersebut yang bersifat sewa (leasing). Biaya yang ditetapkan dalam dalam perjanjian itu sebesar 2,5 persen setiap tahun bagi siapa atau bagi negara mana saja yang menggunakannya.
Salah satu sumber Dana Revolusi terbesar adalah adanya "Perjanjian The Green Hilton Memorial Agreement Geneva" dibuat dan ditandatangani pada 21 November 1963 di hotel Hilton Geneva oleh Presiden AS John F Kennedy dan Presiden RI Ir Soekarno dengan saksi tokoh negara Swiss William Vouker. Perjanjian ini menyusul MoU diantara RI dan AS tiga tahun sebelumnya. Point penting perjanjian itu; Pemerintahan AS (selaku pihak I) mengakui 50 persen keberadaan emas murni batangan milik RI, yaitu sebanyak 57.150 ton dalam kemasan 17 paket emas dan pemerintah RI (selaku pihak II) menerima batangan emas itu dalam bentuk biaya sewa penggunaan kolateral dolar yang diperuntukkan pembangunan keuangan AS.
Dalam point penting lain pada dokumen perjanjian itu, tercantum klausul yang memuat perincian; atas penggunaan kolateral tersebut pemerintah AS harus membayar fee 2,5 persen setiap tahunnya sebagai biaya sewa kepada Indonesia, mulai berlaku jatuh tempo sejak 21 November 1965 (dua tahun setelah perjanjian). Account khusus akan dibuat untuk menampung asset pencairan fee tersebut. Maksudnya, walau point dalam perjanjian tersebut tanpa mencantumkan klausul pengembalian harta, namun ada butir pengakuan status koloteral tersebut yang bersifat sewa (leasing). Biaya yang ditetapkan dalam dalam perjanjian itu sebesar 2,5 persen setiap tahun bagi siapa atau bagi negara mana saja yang menggunakannya.
Biaya pembayaran sewa kolateral yang
2,5 persen ini dibayarkan pada sebuah account khusus atas nama The Heritage
Foundation (The HEF) yang pencairannya hanya boleh dilakukan oleh Bung Karno
sendiri atas persetujuan Sri Paus Vatikan. Sedang pelaksanaan operasionalnya
dilakukan Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS).
Kesepakatan ini berlaku dalam dua tahun ke depan sejak ditandatanganinya
perjanjian tersebut, yakni pada 21 November 1965.
Sepenggal kalimat penting dalam
perjanjian tersebut => ”Considering this statement, which was written
andsigned in Novemver, 21th 1963 while the new certificate was valid in 1965
all the ownership, then the following total volumes were justobtained.”
Perjanjian hitam di atas putih itu berkepala surat lambang Garuda bertinta emas
di bagian atasnya dan berstempel ’The President of The United State of America’
dan ’Switzerland of Suisse’.
Berbagai otoritas moneter maupun
kaum Monetarist, menilai perjanjian itu sebagai fondasi kolateral ekonomi
perbankan dunia hingga kini. Ada pandangan khusus para ekonom, AS dapat menjadi
negara kaya karena dijamin hartanya ’rakyat Indonesia’, yakni 57.150 ton emas
murni milik para raja di Nusantara ini. Pandangan ini melahirkan opini
kalau negara AS memang berutang banyak pada Indonesia, karena harta itu bukan
punya pemerintah AS dan bukan punya negara Indonesia, melainkan harta raja-rajanya
bangsa Indonesia.
Bagi Politikus AS sendiri,
perjanjian The Green Hilton Agreement merupakan perjanjian paling tolol yang
dilakukan pemerintah AS. Karena dalam perjanjian itu AS mengakui asset emas
bangsa Indonesia. Sejarah ini berawal ketika 350 tahun Belanda menguasai Jawa
dan sebagian besar Indonesia. Ketika itu para raja dan kalangan bangsawan,
khususnya yang pro atau ’tunduk’ kepada Belanda lebih suka menyimpan harta
kekayaannya dalam bentuk batangan emas di bank sentral milik kerajaan Belanda
di Hindia Belanda, The Javache Bank (cikal bakal Bank Indonesia). Namun secara
diam-diam para bankir The Javasche Bank (atas instruksi pemerintahnya)
memboyong seluruh batangan emas milik para nasabahnya (para raja-raja dan
bangsawan Nusantara) ke negerinya di Netherlands sana dengan dalih keamanannya
akan lebih terjaga kalau disimpan di pusat kerajaan Belanda saat para nasabah
mempertanyakan hal itu setelah belakangan hari ketahuan.
Waktu terus berjalan, lalu
meletuslah Perang Dunia II di front Eropa, dimana kala itu wilayah kerajaan
Belanda dicaplok pasukan Nazi Jerman. Militer Hitler dan pasukan SS Nazi-nya
memboyong seluruh harta kekayaan Belanda ke Jerman. Sialnya, semua harta
simpanan para raja di Nusantara yang tersimpan di bank sentral Belanda ikut
digondol ke Jerman.
Perang Dunia II front Eropa berakhir
dengan kekalahan Jerman di tangan pasukan Sekutu yang dipimpin AS. Oleh pasukan
AS segenap harta jarahan SS Nazi pimpinan Adolf Hitler diangkut semua ke
daratan AS, tanpa terkecuali harta milik raja-raja dan bangsawan di Nusantara
yang sebelumnya disimpan pada bank sentral Belanda. Maka dengan modal harta
tersebut, Amerika kembali membangun The Federal Reserve Bank (FED) yang hampir
bangkrut karena dampak Perang Dunia II, oleh ’pemerintahnya’ The FED
ditargetkan menjadi ujung tombak sistem kapitalisme AS dalam menguasai ekonomi
dunia.
Belakangan kabar ’penjarahan’ emas
batangan oleh pasukan AS untuk modal membangun kembali ekonomi AS yang sempat
terpuruk pada Perang Dunia II itu didengar pula oleh Ir Soekarno selaku
Presiden I RI yang langsung meresponnya lewat jalur rahasia diplomatic untuk
memperoleh kembali harta karun itu dengan mengutus Dr Subandrio, Chaerul saleh
dan Yusuf Muda Dalam walaupun peluang mendapatkan kembali hak sebagai pemilik
harta tersebut sangat kecil. Pihak AS dan beberapa negara Sekutu saat itu
selalu berdalih kalau Perang Dunia masuk dalam kategori Force Majeur yang
artinya tidak ada kewajiban pengembalian harta tersebut oleh pihak pemenang
perang.
Namun dengan kekuatan diplomasi Bung
Karno akhirnya berhasil meyakinkan para petinggi AS dan Eropa kalau asset harta
kekayaan yang diakuisisi Sekutu berasal dari Indonesia dan milik Rakyat
Indonesia. Bung Karno menyodorkan fakta-fakta yang memastikan para ahli waris
dari nasabah The Javache Bank selaku pemilik harta tersebut masih hidup !!
Nah, salah satu klausul dalam
perjanjian The Green Hilton Agreement tersebut adalah membagi separoh separoh
(50% & 50%) antara RI dan AS-Sekutu dengan ’bonus belakangan’ satelit
Palapa dibagi gratis oleh AS kepada RI. Artinya, 50 persen (52.150 ton emas
murni) dijadikan kolateral untuk membangun ekonomi AS dan beberapa negara eropa
yang baru luluh lantak dihajar Nazi Jerman, sedang 50 persen lagi dijadikan
sebagai kolateral yang membolehkan bagi siapapun dan negara manapun untuk
menggunakan harta tersebut dengan sistem sewa (leasing) selama 41 tahun dengan
biaya sewa per tahun sebesar 2,5 persen yang harus dibayarkan kepada RI melalui
Ir.Soekarno. Kenapa hanya 2,5 persen ? Karena Bun Karno ingin menerapkan aturan
zakat dalam Islam.
Pembayaran biaya sewa yang 2,5
persen itu harus dibayarkan pada sebuah account khusus a/n The Heritage
Foundation (The HEF) dengan instrumentnya adalah lembaga-lembaga otoritas
keuangan dunia (IMF, World Bank, The FED dan The Bank International of
Sattlement/BIS). Kalau dihitung sejak 21 November 1965, maka jatuh tempo
pembayaran biaya sewa yang harus dibayarkan kepada RI pada 21 November 2006.
Berapa besarnya ? 102,5 persen dari nilai pokok yang banyaknya 57.150 ton emas
murni + 1.428,75 ton emas murni = 58.578,75 ton emas murni yang harus
dibayarkan para pengguna dana kolateral milik bangsa Indonesia ini.
Padahal, terhitung pada 21 November
2010, dana yang tertampung dalam The Heritage Foundation (The HEF) sudah tidak
terhitung nilainya. Jika biaya sewa 2.5 per tahun ditetapkan dari total jumlah
batangan emasnya 57.150 ton, maka selama 45 tahun X 2,5 persen = 112,5 persen
atau lebih dari nilai pokok yang 57.150 ton emas itu, yaitu 64.293,75 ton emas
murni yang harus dibayarkan pemerintah AS kepada RI. Jika harga 1 troy once
emas (31,105 gram emas ) saat ini sekitar 1.500 dolar AS, berapa nilai sewa
kolateral emas sebanyak itu ?? Hitung sendiri aja !!
Mengenai keberadaan account The HEF,
tidak ada lembaga otoritas keuangan dunia manapun yang dapat mengakses rekening
khusus ini, termasuk lembaga pajak. Karena keberadaannya yang sangat rahasia.
Makanya, selain negara-negara di Eropa maupun AS yang memanfaatkan rekening The
HEF ini, banyak taipan kelas dunia maupun ’penjahat ekonomi’ kelas paus dan hiu
yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus ini agar terhindar dari pajak.
Tercatat orang-orang seperti George Soros, Bill Gate, Donald Trump, Adnan
Kasogi, Raja Yordania, Putra Mahkota Saudi Arabia, bangsawan Turko dan Maroko
adalah termasuk orang-orang yang menitipkan kekayaannya pada rekening khusus
tersebut.
Pada masa Pemerintahan Soeharto
hingga Megawati telah diadakan suatu operasi untuk mengembalikan dana tersebut
ke Indonesia. Bahkan para bankir hitam kelas dunia, CIA dan MOSSAD (agen
rahasia Israel) berusaha keras untuk mendapatkan user account dan PIN The HEF
tersebut, termasuk mencari tahu siapa yang diberi mandat Ir Soekarno terhadap
account khusus itu. Namun usaha puhak-pihak yang mencoba mendapatkan harta
tersebut belum menghasilkan, Ir Soekarno atau Bung Karno tidak pernah
memberikan mandat kepada siapa pun. Artinya pemilik harta rakyat Indonesia itu
tunggal, yakni atas nama Bung Karno sendiri. Sampai saat ini !!!
4. Akan Datangnya Ratu Adil
Menurut beberapa sumber yang
diyakini mayarakat, menyebutkan akan adanya “Roda Cokro Manggilingan”
(Penggulangan Sejarah) dan datangnya sosok pemimpin yang akan membawa Indonesia
ke masa keemasannya. Diantaranya adalah bait syair Jayabaya, Serat Musarar
Jayabaya, Ramalan Sabdo Palon Noyo Genggong, Serat Kalatidha R.Ng.
Ronggowarsito, Serat Darmogandhul, Wangsit Siliwangi, dan hadist Nabi Muhammad
SAW semuanya lengkap dalam konteks yang tersirat di dalamnya.
Dalam bab akhir Jangka Jayabaya,
menyebutkan pasca goro-goro besar melanda planet bumi (antara lain terjadi
kiamat bumi, perang besar, perang dunia, serangan jatuhnya benda angkasa, badai
matahari, bencana alam terus-menerus) dan pulihnya jagad bumi manusia seperti
sediakala menjadi normal kembali maka tatkala itulah akan tampil ke depan
memimpin rakyat Nusantara, sang Ratu Adil sejati atau yang lebih popular
disebut "satrio piningit" ataupun "satrio pinandito sinisihan
wahyu". Sang pemimpin yang adil bijaksana ini akan didampingi titisan atau
reinkarnasi terbaru Sabdo Palon, mereka berdua bersama memimpin kejayaan
Nusantara dan bumi selatan yang berpenduduk bangsa kulit berwarna. Sedangkan
bangsa kulit putih dan bangsa berkulit kuning bukan menjadi urusan beliau.
Demikian garis besar ucapan Sabdo Palon tatkala muncul pertama kali setelah
menghilang selama limaratus tahun sejak runtuhnya Majapahit. Sabdo Palon
merupakan penasihat Jayabaya raja Kediri, dan kemudian menitis kembali menjadi
penasihat Prabu Brawijaya V.
Ramalan ( Jangka) Joyoboyo berkenaan
munculnya sang Ratu Adil juga sesuai menurut Uga Wangsit Prabu Siliwangi
tentang pendamping Ratu Adil yakni pemuda berjanggut, dan juga sesuai ucapan
Sabdo Palon, kedua pemimpin Nusantara tersebut adalah dwi-tunggal satu sama
lain saling melengkapi dan tidak saling bertentangan. Tugas atau peran Sabdo
Palon ialah mengadakan "fit and propher test" terhadap "Ratu
Adil" satrio piningit. Sabdo Palon memang telah muncul akan tetapi Ratu
Adil "Satrio Piningit" belum ada atau belum maju ke hadapan Sabdo
Palon. Mengapa? Ratu Adil "Satrio Piningit" belum menerima wahyu
Illahi atau pulung gaib wahyu keprabon karena memang belum tiba saat yang
tepat. Kapan dan di mana keberadaan Sabdo Palon (yang tengah menghilang
kembali) dan calon Ratu Adil "Satrio Piningit" memang belum ditemukan
selama mereka belum muncul karena sebab besar atau goro-goro besar belum terjadi.
Dalam teori revolusi mbah Karl Marx dan mbah Lenin, "seorang pemimpin akan
selalu muncul dengan sendirinya tatkala segenap rakyat sudah siap dan matang
untuk mengadakan revolusi." Pemimpin revolusi tidak akan mengumumkan kapan
memulai suatu revolusi, rakyatlah yang merasa kehidupannya penuh derita tiada
akhir dan negara tak peduli pada keadaan yang menyengsarakan bagi rakyat,
sehingga pada akhirnya rakyat tidak lagi mempercayai negara. Tatkala itulah
seorang pemimpin bakal tampil maju ke depan untuk memimpin rakyat yang sudah
matang hendak mengadakan revolusi.
Inilah bait yang menggambarkan
kemunculan Ratu Adil "satrio piningit" yang dilontarkan oleh Sang
Prabu Sri Aji Joyoboyo dari Kediri pada abad keduabelas masehi (1100-an) :
“ selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu, bakal ana dewa ngejawantah, apengawak manungsa.”
“ selet-selete yen mbesuk ngancik tutuping tahun sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu, bakal ana dewa ngejawantah, apengawak manungsa.”
Kelak menjelang tutup tahun
sinungkalan dewa wolu, ngasta manggalaning ratu (1988 Saka atau 2066 Masehi).
Akan muncul dewa turun ke bumi yang berwujud seorang manusia (Ratu Adil yang
secara populer disebut "Satrio Piningit").
Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu,
sosok dalam ramalan Ronggowarsito sebagai penyempurnaan daripada Ramalan
Joyoboyo adalah manusia terpilih pengemban pulung gaib wahyu keprabon, dan
kelak akan marak sebagai Ratu Adil yang diemong oleh Sabdo Palon.
Pemerintahan dalam tatanan dunia
baru yang berpusat di salah satu pulau di Nusantara itu berbentuk kerajaan,
tepatnya adalah kerajaan Jawa modern, ajaran lama yang diperbarui akan bergairah
kembali, termasuk di dalamnya sifat-sifat kejawen yang telah direformasi sesuai
dengan jamannya sangatlah dominan dalam ajaran tersebut.
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad
SAW mengisyaratkan bahwa Imam Mahdi pasti datang di akhir zaman. Ia akan memimpin
ummat Islam keluar dari kegelapan kezaliman dan kesewenang-wenangan menuju
cahaya keadilan dan kejujuran yang menerangi dunia seluruhnya.
“Andaikan dunia tinggal sehari
sungguh Allah akan panjangkan hari tersebut sehingga diutus padanya seorang lelaki
dari ahli baitku namanya serupa namaku dan nama ayahnya serupa nama ayahku. Ia
akan penuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi
dengan kezaliman dan penganiayaan.” (HR abu Dawud 9435). Hadist ini
memberikan kabar akan munculnya pemimpin di negeri Islam yang sedang bergolak.
Sebagian kalangan muslim percaya akan muncul pemimpin baru Islam bermukjizat,
dan menyebutnya Imam Mahdi ( Pemimpin yang terpilih). Ia akan menghantarkan
rakyat meninggalkan babak era para penguasa diktator yang memaksakan kehendak
dan mengabaikan kehendak Tuhan menuju babak tegaknya kembali kekhalifahan Islam
yang mengikuti manhaj, sistem atau metode Kenabian. Lelaki itu keturunan Nabi
Muhammad SAW, akan mengantarkan ummat Islam menuju babak Khilafatun ’ala Minhaj
An-Nubuwwah. Imam Mahdi akan berperan sebagai panglima di akhir zaman untuk
memerangi para Mulkan Jabriyyan (Para Penguasa Diktator) yang telah lama
bercokol di berbagai negeri-negeri di dunia.
Beberapa pendapat memparalelkan Imam
Mahdi menurut Hadist Nabi Muhammad SAW dengan Ratu Adil versi Ramalan Jayabaya,
dengan dalih bahwa Jayabaya telah memeluk Agama Islam dan mendapatkan petunjuk
Illahiah sehingga dapat memaparkan ramalan-ramalan tersebut. Pendapat lain
bahwa istilah Ratu Adil adalah hasil transfer bahasa dan makna dari dalam
hadist oleh para wali (Sunan Bonang, Sunan Giri dan Sunan Kalijaga).
Terlepas dari semua uraian saya
tentang Misteri Kejayaan Indonesia, tidaklah menjadikan kita menjadi orang yang
percaya takhyul ( musyrik ) dan mengada-ada, karena semua ini berdasar
penelitian dan sumber sejarah. Semoga hal ini mampu memacu semangat kita untuk
berkarya, menjadikan Indonesia Berjaya !!!
sumber: http://virusinspirasi.blogspot.com/2012/04/5-misteri-kejayaan-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar