Mereka adalah "Mutiara dari Tanah PAPUA"
Berakhir sudah perhelatan ajang paling bergengsi di asia tenggara yaitu Sea Games ke 26 yang dilaksanakan di Jakarta-Palembang yang berlangsung selama 12 hari dari tanggal 11-22 November 2011. Indonesia berhasil menjadi juara umum setelah mengantongi 182 emas, 151 perak dan 143 perunggu dengan total medali sebanyak 476 medali, unggul jauh dari thailand di posisi kedua yang megumpulkan 109 emas, 100 perak dan 120 perunggu dan total medali yang didapat sebanyak 329 medali.
Namun ada satu hal yang menjadi pukulan telak bagi indonesia, dimana timnas sepakbola kita hanya meraih medali perak setelah dikandaskan malaysia di final dengan adu pinalti (5-4), seblumnya kita juga dikalahkan oleh malaysia di babak terakhir penyisihan grup dengan skor 1-0, pada waktu itu pelatih timnas (Rahmad Darmawan-red) menurunkan tim lapis kedua untuk persiapan semifinal, karena dalam pengumpulan poin timnas kita sudah pasti melaju ke semifinal apapun hasil yang di dapat pada pertandingan melawan malaysia, dan ternyata timnas kita takluk dengan skor tipis 1-0. Tak diduga kita kembali menghadapi malaysia di final, pertandingan harus dilanjutkan sampai babak pinalti dan kembali di luar dugaan kita kalah 5-4. Semua rakyat Indonesia pun larut dalam kesedihan, tak terkecuali para offisial mulai dari pelatih, staff dan tentunya pemain, bagaimana tidak kesempatan meraih emas sudah terbuka lebar sejak kita terakhir kali mendapat emas cabang sepakbola di tahun 1991. Tapi nampaknya Tuhan masih belum mengijinkan kita untuk mendapatkan emas.
Selalu ada cerita dibalik kejadian tak terkecuali pada perhelatan cabang sepakbola Sea Games kali ini, timnas Indonesia begitu tampil menawan dan atraktif sehingga mampu mengkandaskan tim kuat seperti thailand dan vietnam, acungan jempol buat para tim pelatih, offisial dan para pemain tentunya, tak terkecuali para pemain asal papua yang tampil luar biasa seperti Titus Bonai, Okto Maniani, Patrich Wanggai dan Lukas Mandowen. Kali ini saya akan membahas beberapa pemain yang berasal dari Tanah Papua yang bersinar saat menggunakan kaos merah putih kebanggaan Indonesia, dan inilah beberapa dari "Mutara dari Tanah Papua":
1. Rully Nere
Rully Rudolf Nere (lahir di Papua, 13 Mei 1957; umur 54 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura. Rully Nere memperkuat timnas selama periode 1977-1989 dan prestasi terbaknya berhasil membawa timnas Indonesia mendapat medali emas di Sea Games 1987, berhasil membawa Timnas Indonesia menjadi semifinalis Asian Games 1986 sebelum ditaklukan Korea Selatan serta berhasil membawa Timnas Indonesia melaju ke putaran kedua kualifikasi Piala Dunia 1986, namun di babak ini Indonesia kembali di taklukan oleh Korea Selatan dengan agregat 6-1.
Saat ini ia adalah pelatih dari Pro Titan Football Club. Ia pernah menjabat sebagai Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI periode 2003 - 2007. Sebelumnya ia pernah melatih PSPS Pekanbaru, Persiba Bantul, PS Palembang, dan PSSI U-20.
2. Ronny Wabia
Ronny adalah salah satu striker terbaik yang pernah dimiliki Indonesia lahir pada tanggal 23 Juni 1970 di Papua, ronny menjadi salah satu striker yang ditakuti di eranya. Duetnya bersama striker Widodo C Putro bahkan sempat membuat lawan-lawannya 1996 ketar-ketir di Piala Asia.
Saat berhadapan dengan Kuwait, Ronny bahkan menjadi aktor bagi gol indah Widodo. Umpannya dari sisi kanan pertahanan lawan pada menit ke-20, disambut tendangan salto Widodo yang berhasil menjebol gawang Kuwait. Gol bicycle kick Widodo dinobatkan sebagai Gol Terbaik Asia kala itu.
Ronny sendiri berhasil mencetak satu gol dalam duel ini. Sayangnya, dua gol Kuwait di babak kedua membuat pertandingan harus berakhir imbang 2-2. Ronny mengoleksi 15caps dan 4 gol bersama Timnas Indonesia selama dekade 1996-1997
Di pentas sepakbola domestik, Ronny tak kalah cemerlangnya. Striker Persipura Jayapura ini pernah menjadi pemain terbaik Liga Indonesia musim 1995/1996. Ronny pensiun dari sepakbola dan memilih bekerja di Bank Daerah Papua mulai 2007. Sejak saat itu, Ronny pun seakan tenggelam dari sepakbola nasional.
Pertengahan Mei lalu, Ronny sempat terlihat di SUGBK. Bersama beberapa mantan pemain nasional lainnya, Ronny menyaksikan derby Jakarta antara Persija vs Persitara Jakarta Utara.
Kepada wartawan, Ronny mengaku sedang memgikuti kursus kepelatihan untuk mendapatkan lisensi B. Bersama Ronny, terlihat juga mantan bek tangguh Indonesia asal Papua, Aples Gideon Tecuari.
3. Alexander Pulalo
Alexander Pulalo lahir di Jayapura, Papua, 8 Mei 1973 adalah seorang pemain sepak bola Indonesia. Ia salah seorang pemain kidal. pada musim 2010-2011 Alex bermain untuk klub mitra Kukar. Pernah mewakili negara dalam timnas sepak bola Indonesia. Dia biasa berposisi sebagai pemain bek kiri maupun kanan. Ia adalah salah satu produk PSSI Primavera seangkatan Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandi, Bima Sakti dll.
Ia juga mempunyai saudara kandung yang juga satu tim di PSSI Primavera maupun di klub Semen Padang yaitu Herman Pulalo. Ia tergolong pemain yang kenyang pengalaman dengan seringnya di panggil timnas yunior maupun senior. Ia juga tercatat sebagai pemain yang sering memperkuat tim-tim besar di Indonesia. Ia tipe pemain yang keras, lugas dan tanpa kenal kompromi karena permainannya seperti tak jarang ia mendapatkan kartu kuning maupun merah. Di Arema ia mulai dipercaya sebagai kapten pada era pelatih Miroslav Janu di musim kompetisi Ligina XIII 2007.
4. Eduard Ivakdalam
Eduard Ivakdalam (lahir di Merauke, 19 Desember 1974; umur 36 tahun) adalah seorang pemain sepak bola Indonesia yang bermain dalam klub Persidafon Dafonsoro. Ia adalah jenderal lapangan dan kapten Persipura.
Ivakdalam pernah dipanggil ke tim nasional Indonesia selama dekade 1996-2003. Ia telah menikah dan mempunyai dua orang anak, Denilson dan Donadoni Ivakdalam., kini ia bermain di klub Persidafon Dafonsoro. Sebelumnya ia pernah membela klub Persipura Jayapura dan mempersembahkan tropi juara bersama Persipura Jayapura. Musim ini, Eduard membawa Persidafon menembus babak semi final divisi utama Liga Indonesia walaupun menerima kekelahan dari Persiba Bantul. ia berposisi sebagai midfielder di Persidafon. Ia pernah berkarir di PS Merauke dan PS Maren Jayapura sebelumnya.
5. Ellie Aiboy
Elie Aiboy (lahir di Jayapura, Papua, 20 April 1979; umur 32 tahun) adalah salah satu pesepak bola tim nasional sepak bola Indonesia. Saat ini ia memperkuat Semen Padang di ISL, sebelumya ia bermain di Persidafon Dafonsoro klub yang akan berlaga diDivisi Utama Liga Indonesia. Sebelumnya ia memperkuat PSMS Medan selama setengah musim setelah memperkuat Selangor FC.
Setelah Liga Indonesia 2007 berakhir, Elie Aiboy langsung kembali ke Selangor FC Malaysia, klub yang pernah dibelanya selama 2 tahun (2005-2006). Kedatangan Elie sudah dinantikan pihak Selangor FC sejak awal musim kompetisi Liga Super Malaysia 2008 dimulai. Keterlambatan Elie disebabkan mundurnya jadwal Liga Indonesia sehingga baru bisa bergabung awal bulan Februari kala Liga Super Malaysia sudah berjalan. Laga perdana setelah kembali lagi bermain di Liga Super Malaysia ditandai kekalahanSelangor FC 2-4 dari Pahang FC di kandang sendiri.
Di musim pertama bersama Selangor FC 2005-2006 Elie mempesembahkan gelar treble dengan menjuarai Liga Perdana Malaysia, Piala Malaysia, dan Piala FA Malaysia. Prestasi tersebut dipersembahkan Elie bersama Bambang Pamungkas yang pada waktu bersamaan menjadi top skor di Liga Perdana Malaysia sekaligus membawa Selangor FC promosi ke Liga Super Malaysia 2006].
Pada Piala Asia 2007, Elie menyumbangkan satu-satunya gol untuk Indonesia ketika berhadapan dengan tim nasional sepak bola Arab Saudi di penyisihan Grup D, meskipun Indonesia akhirnya kalah 2-1 di menit terakhir, di Timnas Indonesia Ellie Aiboy sudah mengumpulkan 42caps dan 8gol.
6. Ortizan Solossa
Pesepakbola yang lahir di Sorong 28 Oktober 1977 ini bernama lengkap Ortizan Bertilone Nusye Solossa, seorang pesepakbola profesional asal Papua. Kini ia bermain bersama adiknya, Boaz Solossa di klub Persipura Jayapura. Ia biasa bermain sebagai bek kiri. Di Tim Nasional Indonesia pun ia kerap dipasangkan bersama adiknya di sebelah kiri lapangan. Ia juga sudah malang melintang di klub-klub sepakbola nasional. Ia mengawali karirnya di PS Putra Yohan Sorong. Sejumlah klub besar nasional pun pernah ia hampiri, mulai dari PSM Makassar, Arema Indonesia, Persija Jakarta, dan kini bergabung dengan Persipura Jayapura mulai tahun 2008 lalu.
7. Erol FX Iba
Erol FX. Iba (lahir di Jayapura, 6 Agustus 1979; umur 32 tahun) adalah pemain sepak bola Indonesia yang sekarang memperkuat timPersebaya 1927. Sebelumnya ia sempat di minati oleh klub Liga Australia Newcastle Jets setelah tidak memperpanjang kontrak dengan Pelita Jaya. Setelah menjadi Mualaf pada tahun 2001, nama "FX" pun dihilangkan sehingga namanya menjadi "Erol Iba".
Bek sayap asal klub Arema ini adalah salah satu pemain yang mendapat nilai A dari pelatih Peter Withe. Kontribusinya dari sisi sayap kiri dinilai dominan sepanjang turnamen. Walaupun timnas akhirnya gagal di laga puncak Merdeka Games Malaysia 2006. Namun, pujian layak diberikan kepada sejumlah pemain yang tampil menawan di sepanjang turnamen. Salah satunya adalah Erol Iba. Pemain ini mampu menutup kelemahan Boaz Solossa, yang bermain kurang cemerlang sebagai gelandang sayap. Dengan kelebihan tersebut Erol bisa mengancam keberadaan Ortizan Solossa dan Mahyadi Panggabean, dua pemain yang selama ini menjadi pilihan utama. “Kehadiran Erol membuat saya punya banyak stok pemain. Jika ada yang cedera saya tak perlu repot mencari pengganti karena masing-masing punya kualitas setara,” kata Withe. Erol bahkan dinilai lebih punya poin dari sisi kecepatan beradaptasi dibanding kedua kompetitornya. Persiapan sebelum ajang Merdeka Games menjadi pembuktian. Dibanding pemain lain yang berkumpul dan berlatih selama tiga pekan, Erol baru ikut latihan persiapan satu hari sebelum timnas berangkat ke Malaysia. “Sebelumnya saya sempat bergabung satu hari, tapi langsung pergi untuk memperkuat Arema di Copa Indonesia. Begitu kembali saya malah tak sempat berlatih karena tim langsung berangkat,” cerita suami Lisa Fitri Yani ini. Toh Erol langsung bisa padu dengan pemain lain sekaligus masuk dalam daftar starter di empat partai Merdeka Games. Sayang, walau tampil bagus Erol gagal mengantarkan timnas memuncaki Merdeka Games. “Rasa kecewa jelas ada, tapi mau bagaimana lagi? Keberuntungan tak berpihak pada kita. Sekalipun mengendalikan permainan kita malah dikalahkan Myanmar,” ungkap Erol dengan raut muka murung. Prestasi bersama timnas amat penting artinya. Soalnya walau matang pengalaman di kompetisi lokal, Erol jarang menjadi pilihan timnas. “Tak tahu kenapa saya jarang masuk timnas. Terakhir kali bermain di ajang internasional saat SEA Games 2001,” tambah ayah dua anak tersebut.
Problem klasik datang saat kesempatan membela timnas kembali terbuka. Erol menghadapi dilema, memilih kepentingan pribadi sebagai pemain profesional atau negara. “Sudah ada beberapa klub menawari saya kontrak untuk musim depan. Nilainya jelas jauh dibanding bayaran yang mungkin saya dapatkan jika bergabung dengan timnas,” ungkap Erol. Kontribusinya mengantarkan Arema menjadi kampiun Copa Indonesia 2005 membuat namanya mencuat ke jajaran pemain elite. Persik, Persmin, dan Sriwijaya FC termasuk klub yang tertarik. Nilai nominal yang disodorkan jelas tak kecil, Rp 800 juta. “Bukan saya materialistis. Sebagai pemain profesional saya juga ingin punya penghasilan besar yang bisa dijadikan bekal di hari tua,” ucap Erol, yang mengaku sudah bulat ingin meninggalkan Arema musim depan. Sekalipun tawaran mengantre, Erol tak mau gegabah mengambil keputusan. “Saya juga harus profesional menghargai kontrak saya dengan Arema. Kepastiannya menunggu kontrak saya berakhir,” kata pemain yang mengawali karier di Semen Padang ini. Itu pun dengan catatan namanya tak masuk daftar pelatnas jangka panjang ke Birmingham. “Kalau nanti akhirnya saya jadi pilihan utama timnas, semua tawaran bisa saja saya tampik,” ujarnya. Sampai saat ini erol telah mengoleksi 9caps di timnas.
8. Christian Worabay
Christian Warobay (lahir di Serui, Kepulauan Yapen, 12 Juni 1984; umur 27 tahun) adalah seorang pemain sepak bolaIndonesia asal Papua. Ia adalah pemain terbaik dalam kompetisi Liga Indonesia 2005. Ia bertinggi badan 169 cm.
Saat masih di Persipura, ia bermain dalam posisi gelandang. Kemudian ikut pindah ke Sriwijaya FC bersama pelatihRahmad Darmawan. Ia pernah masuk tim nasional U-23 dan telah dipanggil bergabung dengan timnas senior untuk bermain dalam SEA Games 2005.
9. Boaz Solossa
Boaz Theofillus Erwin Solossa nama lengkapnya (lahir di Sorong, Papua Barat 16 Maret 1986; umur 25 tahun) merupakan pemain Sepak Bola dari Persipura, klub Sepak Bola Indonesia, yang dapat berposisi sebagai Penyerang Tengah dan Penyerang Sayap. Boaz biasanya beroperasi pada bagian kiri-tengah lapangan. Kakaknya, Ortizan, adalah Pemain Sepak Bola yang juga bermain bersamanya di Persipura. Paman Boaz, JP Solossa adalah mantan Gubernur Papua.
Boaz pernah dijuluki sebagai anak ajaib, ketika dibawa oleh Peter Withe dan menampilkan penampilan memukau di Ho Chi Minh, saat ia tampil bersama Tim Nasional Indonesia di ajang Piala Tiger 2004. Ia terkenal dengan kemampuannya dalam mengontrol bola, tendangan kaki kiri yang keras, akurasi kaki kiri dan kaki kanan yang baik, kecepatan, visi penyerangan, dan naluri dalam mencetak gol.Memiliki kemiripan wajah dengan kakak kandungnya Ortizan, yang juga pemain sepakbola profesional, membuat banyak orang yang sering salah setiap kali bertemu kedua pemain ini. Di tengah kariernya sedang menanjak, ia pernah mengalami cedera serius yang membuat ia nyaris melupakan sepakbola untuk selamanya. Cedera patah kaki kanan saat tampil membela Tim Nasional Indonesia melawan Tim Nasional Hong Kong di ajang internasional memang hampir saja membunuh karier bermain sepakbolanya. Pertandingan berakhir dengan kedudukan 3-0 untuk Tim Nasional Indonesia. Salah satu peampilannya yang tidak dilupakan adalah ketika ia mencetak gol ke gawang uruguay pada pertandingan Indonesia melawan Uruguay, ia mencetak satu-satunya gol dan hasil akhirnya Indonesia kalah telak 1-7.
10. Ian Kabes
Ian Louis Kabes, lahir di Jayapura, 13 Mei 1986 adalah pesepakbola asal Papua yang kini bermain di Persipura Jayapura. Pemain yang berposisi sebagai penyerang ini sudah mempersembahkan 6 gol di Liga Super Indonesia musim ini, dan 3 gol di musim lalu. Bersama Persipura Jayapura, Ian Louis Kabes berhasil melaju ke babak 8 besar AFC Cup sebelum di kalahkan klub asal Irak, Arbil SC. Ian Kabes pun sempat di panggil beberapa kali untuk memperkuat Timnas Indonesia.
11. Patrich Wanggai
Cepat, Lincah, dan Haus gol itulah yang bisa digambarkan mengenai Pemain asal Papua ini, dan hal itulah yang membuat pelatih Timnas U-23, Rahmat Darmawan memasukan namanya dalam Skuad Timnas Indonesia yang berlaga di SEA Games. Pemain yang memiliki nama lengkap Patrich Steve Wanggai ini lahir di Nabire,27 Juni 1988 merupakan seorang pemain sepak bola Indonesia yang kini membela klub Persidafon Dafonsoro. Dia dilahirkan di Nabire. Klub pertamanya yang ia bela adalah Persewon Wondama Jr.. Dia memiliki tinggi badan 178 cm dan berat 69 kg. Ia juga sedang masuk skuat Tim nasional sepak bola Indonesia U-23 untuk mengikuti ajang Sea Games. Salah satu gol cantiknya ialah ketika melawan Kamboja di penyisihan grup Sea Games 2011 dimana ia mencetak gol dengan kaki kiri melalui tendangan bebas dari sudut kanan. Perwakannya yang lumayan tinggi untuk ukuran striker di Indonesia membuatnya di juluki “Nicolas Anelka-nya Indonesia” saat ini ia telah mencetak 5 gol bagi Timnas U23 Indonesia
12. Titus Bonai
Penyerang mutiara hitam asal Papua ini memiliki nama lengkap Titus Jhon Londouw Bonai. Pria kelahiran Jayapura Papua tanggal 4 Maret 1989 ini mengawali karir bersama skuad muda Persipura U-23 pada tahun 2008. Suami dari Novalia Metiaman ini juga sempat membela PKT Bontang (sekarang Bontang FC) dan Persiram Raja Ampat sebelum akhirnya kembali ke Jayapura untuk memperkuat tim asal nya yaitu Persipura Jayapura pada tahun 2010.
Memiliki kecepatan, Insting mencetak gol yang bagus, dan Skill individu diatas rata-rata, membuatnya di gadang-gadang akan menjadi calon pemain bintang Indonesia di masa depan. Ciri khas dari pemain ini adalah memiliki gaya rambut yang unik yang jarang dimiliki orang Indonesia. Selain itu, kebiasaannya yang paling sering ia lakukan adalah menggoyang goyang jaring gawang lawan saat tim yang ia bela mendapat tendangan pojok, dua ciri khas itulah yang membuat ia menjadi sosok yang sangat mudah diingat oleh seluruh penonoton sepakbola Indonesia. Tampil memukau pada ajang Sea Games kemaren duetnya bersama Patrich Wanggai di gadang-gadang bakal menjadi pemain masa depan indonesia. Pada saat berhadapan melawan thailand pelatih thailand saat itu sampai mengatakan “Indonesia beruntung memiliki pemain asal brazil” yang dimaksud pelatih Thailand saat itu adalah Titus Bonai yang notabene berasal dari Papua.
13. Okto Maniani
Oktavianus Maniani nama lengkapnya pria kelahiran Jayapura 25 Oktober 1990. Okto begitulah sapaan akrabnya. Memiliki kecepatan dan daya gedor yang tinggi membuatnya jadi pemain ancaman bagi bek lawan. Pemain yang merupakan alumni PON Papua 2008 ini memiliki jam terbang cukup tinggi di dunia sepakbola. Terbukti saat usianya menginjak 15 tahun ia telah bergabung dengan Persipura U-18 dan Persipura U-21. Bahkan infonya sejak usia 14 tahun, dia sudah ikut membela timnas U-17 era kepelatihanAji Santoso. Okto mengalami kenaikan karier yang baik saat ia berada di tangan pelatih Aji Santoso.Aji Santoso membentuknya sebagai pemain sayap kiri yang mengandalkan kecepatan dan akselerasi, baik dengan atau tanpa bola. Okto sempat membela Persidafon saat masih dibesut Fredy Mulli, namun karena kerap mangkir latihan membuat dirinya harus hengkang dari Persidafon. Setelah keluar dari Persidafon Okto mendapat tempat di skuad Persitara, namun klub yang dibelanya itu harus terdegradasi dari Indonesian Super League. Klub besar asal kota Palembang Sriwijaya FC melirik bakat luar biasa yang dimiliki Okto, akhirnya ia pun berlabuh diklub kota pempek tersebut. Dari sinilah jasa Okto mulai terpakai untuk membela Timnas Indonesia. Berkat penampilannya yang apik bersama Sriwijaya Alfred Riedl memanggilnya untuk mengisi skuad ‘Merah Putih, di ajang Piala AFF 2010. Okto berhasil mengantarkan Timnas hingga partai puncak Piala AFF 2010, meski akhirnya Indonesia hanya berada di peringkat kedua pada ajang tersebut.
Bersama dua rekannya, Patrich Wanggai dan Titus Bonai dan mendapat julukan “Trio Papua” Okto berhasil membawa Timnas Indonesia mencapai final setelah terakhir kali tahun 1999. Namun peluang untuk merebut emas itupun kandas setelah Timnas Indonesia kembali dikalahkan Malaysia melalui adu penalti.
Terlepas dari itu semua, patut di akui kalau tanah Papua merupakan penghasil pemain-pemain hebat saat ini, seakan tidak kehabisan stok tanah Papua selalu menyumbang pemain-pemain dengan skill dan kemampuan olah bola yang mumpuni, tak dapat kita bayangkan apabila saat ini tidak ada pemain dari Papua yang mengisi pos pemain di Timnas Indonesia. Semoga di masa yang akan datang semakin banyak lagi “Mutiara dari Tanah Papua” yang lainnya yang sanggup membawa sepakbola kita berbicara di level internasional.
No Tawuran No Anarki Just Love Football
Maju Terus Persepakbolaan Indonesia
Salam
sumber:
- wikipedia
- google
- bolanet.com